1.
Meresensi Tari Gending
Sriwijaya
Nama tarian :
Tari Gending
Sriwijaya
Asal daerah :
Palembang (Sumatra Selatan)
Tujuan tarian :
Tari penyambutan
Jumlah penari :
9 orang
Property :
tepak , pridon,kapur
sirih, tombak dll
Music pengiring :
gamelan dan gong
Busana :Aesan
Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai
Tahun lahir :
diciptakan tahun 1944
Gending Sriwijaya merupakan
lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera
Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari
Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya,
kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya
mempersatukan wilayah Barat Nusantara.
Tari
ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala
Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir
sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah
penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya
seluruhnya berjumlah 13 orang terdiri dari :
- · Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
- · Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
- · Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
- · Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)
- · Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya
- · Dua orang pembawa tombak (pria)
2. Meresensi
tarian Legong Kraton
Nama tarian : Legong Kraton
Asal daerah :Bali (Sukawati,
yaitu di Puri Paang Sukawati)
Tujuan tarian :
menceritakan seorang lakon
Jumlah penari : 2
( dua ) atau 3 ( tiga ) gadis
Property :
kipas
Music pengiring :gong
(gamelan)
Busana :busana adat Bali
Tahun
lahir :
belum dapat dipastikan
Istilah “Legong
Keraton” terdiri dari dua kata yaitu Legong dan Keraton. Mereka pada
umumnya telah mengenal Legong itu ialah salah satu bentuk tari Bali jenis
wanita yang ditarikan oleh dua atau tiga orang gadis, seorang diantaranya
sebagai condong, yang nantinya akan menyerahkan kipas kepada dua penari
berikutnya. leg – gong” (Legong dapat kita simpulkan sebagai suatu tarian yang
diiringi dengan gamelan gong. Istilah legong ini rupanya juga mengalami
perkembangan menjadi “Legong Kraton”. Kata Kraton ini berarti Istana. Mungkin
tambahan tersebut timbul karena tari – tarian di Bali juga dapat diasosiasikan
dengan lanjutan, bahwa tari legong di Bali juga merupakan hasil kesenian Istana
(puri).
Lakon yang biasa dipakai dalam
Legong kebayakan bersumber pada:
1. cerita Malat khususnya kisah Prabu Lasem,
2. cerita Kuntir dan Jobog (kisah Subali Sugriwa),
3. Legod Bawa (kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa),
4. Kuntul (kisah burung),
5. Sudarsana (semacam Calonarang),
6. Palayon,
7. Chandrakanta dan lain sebagainya.
1. cerita Malat khususnya kisah Prabu Lasem,
2. cerita Kuntir dan Jobog (kisah Subali Sugriwa),
3. Legod Bawa (kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa),
4. Kuntul (kisah burung),
5. Sudarsana (semacam Calonarang),
6. Palayon,
7. Chandrakanta dan lain sebagainya.
3. Meresensi
tarian Pa’gellu
Nama tarian :
tarian Pa’gellu
Asal daerah : Toraja (Sulawesi
Selatan)
Tujuan tarian : pengiring upacara adat (bentuk
penghormatan mereka terhadap para leluhur)
Jumlah penari :
ganjil (biasanya 3, 5 atau 7 orang )
Property :
semacam senjata tradisional
Music pengiring : Gendang itu dimainkan oleh
2 sampai 3 orang.selain itu iringan musik yang lain yaitu rebana,suling bambu,
dan smua alat musik yang terbuat dari bambu
Busana :busana
adat toraja (Baju Toraja)
3.Tari Pa’gellu
Menurut kalanganmereka Pa’gellu adalah alat untuk melahirkan rasa
keindahan, rasa pujaan, rasagembira dalam bentuk gerakan badan, terutama tangan
dan telapak tangan, besertajari-jari. Pa’gellu erat dengan keyakinan Toraja. Pagellu’
salah satu alat pemujaan dalam Rambu Tuka’ kepada Tuhan yang telah memberi
hujan, memelihara padi-padi, tanam-tanaman serta menolak wabah penyakit dan
lain-lain. Pagellu’ dalam kehidupan orang-orang Toraja; peristiwa-peristiwa
disawah, menabur bibit, menanam padi, mengawasi padi, menumbuk, menampik dan
lain-lain. Tarian
Sulawesi Selatan
Menghalau burung pipit, menghalau segala yang dapat mengganggu
tumbuh-tumbuhan, maka seluruh gerak-gerak ini, peristiwa ini dikenangkan
setelah panen selesai. Gerakan-gerakan ini dilakonkan dalam bentuk
teratur bilamana diadakan pengucapan syukur atas selesainya panen. Dasar gerak
inilah terciptanya tari Pagellu’.